Rahasia
Fisika Quantum 2
Rahasia
Cahaya
Bismillah
ir-Rahman ir-Raheem
Menuju
Pemahaman Rahasia Kerajaan Kenabian
Sejatinya
(Sifat) Cahaya
Teori
Perjalanan Waktu :
“Jika
bagaimanapun mencapai kecepatan cahaya, waktu berhenti sama sekali.”
Cahaya
= Waktu
Mereka menghitung
kecepatan cahaya adalah 186,000 mil per detik. Methoda normal menghitung
kecepatan dalam
relativitas adalah diambil sebagai contohnya sebuah gelombang suara. Mereka
mencatat
bahwa gelombang itu
bergerak pada kecepatan 1088 ft/per detik. Jika anda bergerak pada kecepatan
1000
ft. /detik dan sebuah
gelombang suara juga bergerak dengan arah yang sama, anda akan mengamati
gelombang itu begerak
dengan kecepatan 88 ft/detik. Begitu juga, untuk seorang pengamat yang bergerak
dengan kecepatan 1088
ft/detik, kecepatan gelombang suara itu yang teramati adalah nihil.
Juga (kalau) bergerak
dengan arah berlawanan, anda akan menambahkan selisih kedua kecepatan itu jika
menghitung dengan
cara Fisika Newtonian klasik.
Mereka juga mencatat
bahwa dengan gelombang suara diperlukan sebuah medium (perantara) untuk
merambat, sehingga
suara tidak merambat dalam sebuah ruang hampa. Pada sisi lain Cahaya tidak
memerlukan sebuah
medium untuk merambat dan tidak seperti gelombang suara, kecepatannya yang
teramati tidak
berubah terhadap kecepatan atau arah sang pengamat.
Maka meskipun untuk
seseorang yang bergerak dengan kecepatan 100,000 miles/detik, kecepatan
teramati
dari cahaya itu masih
tetap 186,000 mil/detik, kecepatan yang sama seperti jika pengamat itu diam di
tempat.
Ini adalah teori
relativitas yang tersohor itu.
Ini adalah sebuah
fenomena yang adalah sangat nyata sekali bukan intuisi dan sesungguhnya belum
dapat
diterangkan oleh para
ilmuwan – hanya bisa diamati dan dikembangkan (teori lanjutannya) dari situ.
Hal ini diterima secara
universal meskipun sangat pelik untuk dimengerti, kecepatan cahaya adalah tetap
untuk semua pemantau /
pengamat tanpa tergantung dari kecepatan dan arah (pengamat itu). Einstein
menerangkan bahwa
ketika sebuah benda bertambah kecepatan nya, mendekati kecepatan cahaya,
panjang
fisiknya berkurang, dan
massanya bertambah. Jadi kita mendapatkan sebuah benda hitam (black hole)
memiliki massa
tak terbatas namun tanpa ukuran.
Ketika sebuah benda
mendekati kecepatan cahaya, waktu menjadi melambat namun kecepatan
cahaya tetap konstan. Jadi
jika dia bergerak pada 185,999 mil/detik, cahaya masih bergerak
mendahului dia pada
kecepatan 186,000 mil/detik. Dia tidak akan “memecahkan batas
(kecepatan) cahaya”, tak
seorangpun dapat mendekati nya. Namun jika sekiranya dia mencapai
kecepatan cahaya, waktu
berhenti sama sekali (baginya).
Aspek kelakuan cahaya yang
ini membuat para ilmuwan fisika terperangah dalam ketakjuban
dan keheranan: bahwa dia
dapat menyesuaikan kelakuannya yang teramati berdasarkan
pengamat yang
mengamatinya.
Dan lebih jauh tentang hal
ini kita bicarakan lagi nanti.
Mawlana menjelaskan bahwa Nabi s.a.w.
selalu bertambah ilmunya, dan bergerak naik
dalam tingkatan
(spiritual) nya, mithlayn mithlayn, setiap saat berlipat dua. Apa ini
artinya, dalam
kaitannya dengan
relativitas umum adalah bahwa ketika Nabi s.a.w. meningkat naik ilmunya, apa
yang terbuka baginya
adalah sesuatu keilmuan yang lain lagi, karena cahaya itu, yang disini
mewakili ilmu, selalu
bergerak lebih cepat dari kecepatan apapun yang anda capai dan
kecepatan (cahaya) nya itu
selalu sama, meskipun jika sekiranya anda mencapai suatu
kecepatan yang secara
infinitesimal mendekati kecepatan (cahaya) itu.
Wa
fawqa kulli dhi `ilmin `aleem
Ini diterangkan bahwa
apapun tingkat ilmu yang anda capai, anda mendapati anda belum
kemana mana, karena masih
ada yang lebih tinggi lagi.
Ini juga mengingatkan kita
kepada peranan Cahaya dan Pengamatan di dalam penciptaan Nabi
s.a.w. dan telah
di-Dandani-nya beliau s.a.w. oleh Allah dibawah Pandangan Ilahiah sebelum
penciptaan seluruh makhluq
lainnya. Pada saat itu belum terdapat ciptaan apapun kecuali
Cahaya Nabi s.a..w., al-haqiqat
al-Muhammadiyya, yang berputar putar di dalam Bahr al-qudra.
Mawlana menjelaskan bahwa
pada saat itu, Allah mengirimkan Pandangan Ilahiah Nya pada
Nabi s.a.w. 70,000 kali
dalam setiap saat / detik nya.
Pada saat ini, diketahui
bahwa melalui cahaya seseorang dapat mengirimkan sejumlah banyak
sekali informasi secara
digital dalam waktu yang sangat singkat. Kini, dengan ditemukannya
sambungan data optik
fiber, kita telah melihat data percepatan melonjak beberapa kali.
Seseorang kini dapat
menyambungkan speaker nya via optik-fiber ke sebuah sistem stereo.
Penggerak piringan (disk
drives) disambungkan secara optis pada jaringan fiber sebagaimana
komputer, memungkinkan
informasi dikirimkan dengan kecepatan Gigabit.
Dan kita tahu bahwa para
awliya menggunakan cahaya sebagai cara untuk memancarkan
kekuatan spiritual.
Ketika seorang Shaykh
menginginkan menghadiahi seorang muridnya dengan amaanat spiritual
nya, dia akan
memandang ke dalam matanya, dan menuangkan ilmu yang berada dalam
qalbunya ke dalam qalbu
muridnya melalui pandangan mata hati (visi). Itu adalah transmisi
cahaya.
Jadi ketika Nabi s.a.w.
sedang berputar di dalam Hadhirat Ilahi, di bawah nadhra,Allah dengan
frekwensi 70,000, beliau
sedang didandani melalui cahaya Pandangan Allah, dengan ilmu alam
bentuk gelombang.
Gelombang di dalam gelombang, dalam hakikatnya samudera Cahaya
Ilahiah disorotkan kepada
Dzat Nabi s.a.w.., al-haqiqat al-Muhammadiyya dan di dalam proses
itu informasi dimasukkan
ke dalam pemahaman Nabi s.a.w., `aql atau kesadarannya. Dengan
cara itu Nabi dinaikkan
(tingkatnya) dalam setiap detiknya, tingkat demi tingkat dari Ilmu Ilahiah,
dan tetap berlangsung
secara demikian sampai saat ini.
Berdasarkan konsep
relativitas umum ini, para ifisikawan bahkan berdebat tentang sebuah alam
semesta (universe) tak
berhingga (infinite) di dalam ruang yang terbatas,dengan menyatakan
bahwa jika kecepatan
galaxy meningkat (sebanding dengan) lebih jauhnya mereka dari pusat
ledakan agung, maka ketika
diamati kecepatannya mendekati dekat sekali dengan kecepatan
cahaya, bentuk ruang
mereka dalam arah gerakan mulai tertekan, “menggepengkan” mereka
dalam arah gerakan.
Kita harus mencatat bahwa
ketika para fisikawan belum pernah (melihat) apapun yang bergerak
dengan kecepatan lebih
cepat dari kecepatan cahaya, itu tidak berarti yang seperti itu tak terjadi
. Sesungguhnya, beberapa
fisikawan telah memperkirakan (postulated) sebuah kelompok zarah
(particles) yang disebut
tachyons, yang batas kecepatannya tidak pernah kurang dari cahaya dan
yang pada kenyataannya
bergerak mundur dalam waktu.
Photons dan bentuk lain
radiasi electromagnetik tidak memiliki waktu, karena mereka bergerak
pada kecepatan cahaya.
Karena mereka nir waktu (timeless), mereka berada di mana mana
sepanjang jalurnya pada
saat yang bersamaan. Dan jalur mereka adalah alam semesta ini.
Dengan
kata lain sekali sebuah gelombang dilepaskan, itu akan hadir dimana mana pada
saat
yang bersamaan. Dinyatakan secara lain, segala sesuatu di dalam alam semesta masa
lalu, masa kini dan masa
datang tersambung dengan segala sesuatu lainnya, dalam sebuah
jejaring radiasi
elektromagnetik yang melihat segala sesuatu pada saat yang bersamaan.” John
Gribben, Fisikawan.
Dimengerti bahwa sekali
anda memancarkan radiasi dalam bentuk apapun, itu menjadi tersedia
ke setiap titik di dalam
alam semesta ini secara bersamaan, karena sementara bagi pengamat itu
sendiri akan memakan waktu
lama sekali untuk mencapai yang manapun dari tepian alam
semesta, faktanya adalah
bahwa jalur yang akan dilewati, yang senyatanya adalah seluruh alam
semesta ini, karena sebuah
gelombang bergerak ke segala arah, dan karena gelombang itu tidak
mengalami waktu apapun,
itu langsung tersambung dengan tiap dan masing masing “sudut” alam
semesta ini.
Ketika
kita mengucapkan Salawat/ Senandung Pepujian bagi Nabi, suara itu
bergerak melalui
medium di atmosphere,
dalam sebuah medium yang akan mengurangi kekuatan akustiknya,
sejalan dengan jarak yang
ditempuhnya. Namun apa yang kita tahu adalah bahwa otak manusia
mengeluarkan gelombang
otak, dan itu adalah sekedar niat dan perintah otak kepada lidah untuk
mengucapkan salawat itu.
Jika anda memasang sebuah alat EKG pada otak manusia, anda
mendapati sebuah gelombang
yang ditimbulkan oleh niat untuk membuat salawat dan
berdasarkan
pada diskusi di atas, gelombang salawat itu pada saat itu pula tersedia di
seluruh
alam
semesta!
Jadi, dari sabda Allah,
bahwa sekali anda berniat baik, itu sudah tertulis bagi anda sebagai
sebuah amal baik dan itu
akan mendapatkan pahala (hadiah). Adalah jelas dari pemahaman ini
bahwa dengan memiliki
sebuah niat baik, segera itu tercipta dan dipancarkan ke alam semesta,
dimana itu menjadi nir
waktu dan siap dan menanti anda, dan akan memberi anda pahala, pada
saat kedatangan anda di
Hari Pengadilan.
Jadi jelaslah sudah,
bagaimana pada Hari Pengadilan salawat itu dikumpulkan dan
dipersembahkan kepada
Allah agar supaya sesiapa yang melakukannya mendapatkan
pahalanya itu. Teruslah
diingat bahwa kapanpun salawat dilakukan, Allah memiliki malaikat
malaikat yang mengulang
salawat si pengucap itu dan (para malaikat itu) sebaliknya
mengucapkan salawat
baginya (si pengucap) dan (juga) membuat istighfaar baginya – ini saat ini
juga sangat nyata dapat
terjadi bersamaan dengan pengucapan salawat itu, sesaat ini juga, tidak
peduli jarak mereka (para
malaikat) dari orang tadi dekat atau jauh.
Segala sesuatu di alam
semesta mengeluarkan gelombang elektromagneti agar supaya terjadi
tindakan. Ini bahkan telah
ditunjukkan kebenarannya pada tanaman dan bahkan sel sel. Semua
benda hidup pada dasarnya
menggunakan gelombang elektromagnetik untuk berkomunikasi di
dalam dari satu bagian ke
bagian lainnya. Maka dari itu, bahkan tasbih nya tetanaman, sel sel
dan bentuk kehidupan yang
terkecilpun sesungguhnya segera “tersedia” bagi seluruh alam
semesta, sekali itu
di-inisiasi (diawali)–dan inilah salah satu makna di belakang baraka dhikr dan
tasbih.
[Maka
perlu orang beriman hati hati dan menyadari apa yang dipancarkan otak mereka
untuk
pemikiran apapun, segera
menjadi nir waktu dan “disiarkan” ke seluruh alam semesta secara
bersamaan. Demikian
sederhanalah bagi para malaikat pencatat untuk mencatat apapun yang
diniatkan oleh seseorang–
itu sudah tertanam ke dalam struktur alam semesta. Suatu waktu
seorang shaykh mengatakan
kepada muridnya, kamu datang untuk salaat dan kamu berzina.
Murid mengatakan, tidak
saya tidak. Dia bilang, “Ya, kamu memandang pada perempuan itu
dengan nafsu.” Jadi murid
itu sekali dia membuat pikiran itu, itu menjadi tersedia ke alam
semesta dan mereka yang
memiliki kemampuan untuk “memungut nya” , melakukan itu. Itulah
sebabnya pada Hari Pengadilan,
panjang gelombang itu sudah hadir, dan shahadat dari lima
inderamu dan kaki dan
tanganmu yang niatnya telah dibuat nir waktu melalui emisi
elektromagnetik ini.]
Hadith
Qudsi 16:
Dengan otoritas putra
Abbas (r.a.), dari Rasul Allah (s.a.w.), di antara ucapannya yang
dia ceritakan dari Rabb
S.W.T.nya adalah bahwa Dia bersabda:
Allah telah mencatat amal
yang baik dan yang buruk. Kemudian Dia menjelaskan nya
[dengan mengatakan bahwa]
dia yang meniatkan sebuah amal baik dan belum
melaksanakannya, Allah
mencatatnya dengan DiriNya sebagai perbuatan baik
sepenuhnya, namun bila dia
meniatkan dan telah melaksanakannya, Allah menulisnya
dengan DiriNya sebagai
sepuluh perbuatan baik dari sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus
kali lipatnya, atau lebih
banyak perkalian lagi. Tetapi kalau dia berniat (melakukan)
sebuah perbuatan buruk dan
dia belum melakukannya, Allah mencatatnya dengan
DiriNya sebagai sebuah
perbuatan baik sepenuhnya, namun bila dia berniat buruk dan
telah melakukannya, Allah
mencatatnya sebagai sebuah perbuatan buruk.
Itu diriwayatkan oleh
al-Bukhari dan Muslim.
Jadi jika seseorang
meningkatkan pemahamannya selangkah lebih jauh, itu menjadi nampak
jelas bahwa pada saat
penciptaan, Ledakan Agung itu sendiri, segala sesuatu benda segera
tersambung, masa lalu,
masa kini dan masa datang dengan masa saat ledakan itu, kini dan akan
datang untuk semua
keberadaan alam semesta, sebagaimana tertulis di dalam sebuah buku.
Seluruh alam semesta ini
menjadi ada bersamaan dengan ledakan agung itu, semburatnya
cahaya yang dalam dirinya
adalah nir waktu, dan yang berisi semua materi alam semesta itu
adalah tersambung
(terkait) dengan seluruh benda benda secara sempurna. Dan, dengan setiap
niat ciptaan untuk
menetapkan sebuah tindakan, pancaran radiasi elektromagnetik telah
membawa niat itu ke dalam
sebuah “buku amalan amalan” nir waktu, yang sejatinya mencapai
mulai saat saat penciptaan
itu pula sampai kepada kemusnahannya, tanpa perbedaan tentang
waktu apapun. Di dalam
pengertian inilah mungkin bahwa orang dapat mengatakan segala
sesuatu “telah ditulis”
atau ditetapkan sebelumnya dan Allah paling mengetahui.
Jaffat
il-aqlām wa
rafa`at as-suhuf.
Yamhullaha
ma yasha`u ya yuthbit wa `indahu umm ul-kitāb.
Sebagaimana telah kita
sebutkan terdapat tachyons, sesuai dengan spekulasi (perkiraan), dapat
bergerak lebih cepat namun
tidak sama dengan kecepatan cahaya, dan itu mungkin melalui
medium obyek inilah Allah
menyesuaikan masa lampau, sebagaimana dalam yamhullaha ma
yasha`u, dan hanya
Allah mengetahui hakikat hal ini.
Dualitas
(Sifat Ganda) Cahaya
Dalam tahun 1905 Einstein
memperagakan bahwa cahaya memiliki sifat sifat bercitra partikkel
dan gelombang pada saat
yang sama : efek photoelectrik, yang untuk inilah dia kemudian
mendapat Hadiah Nobel.
ü
Sejak saat itu, alam ganda yang menjadi ciri cahaya tadi telah
menjadi dikenal sebagai Dualitas gelombang - partikel.
ü
Melalui percobaan celah ganda (double-slit experiment), dalam
tahun 1803, Thomas Young memperagakan bahwa cahaya ketika melalui sebuah celah
sempit tunggal menimbulkan sebuah citra baur (kabut) pada layar di belakang
celah tadi, disebabkan oleh difraksi gelombang cahaya.
ü
Jika ada dua celah sempit di hadapan berkas cahaya tadi, cahaya
itu menghasilkan sebuah pola interferensi, seperti halnya melemparkan sebuah
batu ke dalam air danau dan ketika gelombang (yang timbul) itu mencapai sebuah
jembatan dengan dua kolom dalam air, gelombang itu akan bergerak mengitari
kedua kolom itu dan sampai di sisilain, dan akan saling berinteraksi dengan
gelombang yang datang dari kolom yang lain, dan menguat amplitudonya di tempat
mereka bergerak dalam arah yang sama dan turun amplitudonya di tempat mereka
bergerak dalam arah yang berlawanan.
ü
Inilah yang terjadi dalam percobaan dengan seberkas cahaya.
ü
Kini ketika mereka menggunakan sifat ganda cahaya, dengan
menggunakan sifat partikelnya, mereka menembakkan satu partikel cahaya pada
satu saat, melalui dua celah ini, satu demi satu, bergantian antara kedua celah
itu.
ü
Ketika setiap foton secara bergantian ditembakkan, kita akan
mengharapkan (secara masuk akal) sebuah citra baur akan terbentuk, sebagaimana
tejadi di dalam percobaan pada satu celah.
ü
Namun sebaliknya, terbentuklah pola interferensi yang khas dari
strip hitam putih jamak, persis seperti jika itu tadi berasal dari seberkas cahaya
yang ditembakkan melalui kedua celah secara bersamaan.
ü
Jadi partikel itu, pada dasarnya berperilaku seperti sebuah berkas
cahaya, yang adalah sebuah fenomena gelombang.
Pokok masalahnya disini
adalah, bagaimana foton itu tahu bahwa celah kedua terbuka atau
tertutup? Karena setiap
foton secara bertuturt turut ditembakkan satu demi satu. Namun
disamping itu, dia (foton
itu) bertindak sama seperti sebuah gelombang. Inilah yang disebut
“berkomunikasi”
dalam dunia ilmu sains.
E.H. Walker menghitung
bahwa foton mungkin memiliki kesadaran. Gary Zukov mengatakan,
“kita tak punya pilihan
kecuali mengakui bahwa foton, yang memproses energi, juga memproses
informasi dan bertindak
sesuai dengan hal itu.”
Percobaan
lain, yang ditunjukkan oleh percobaan kristal calcite
Ø
bahwa fenomena identis ini tidak hanya terjadi pada foton, tetapi
juga dengan elektron, proton dan bahkan atom wutuh pun berkelakuan seperti ini.
Ø
Apa ini artinya adalah bahwa apabila sebutir atom ditembakkan
kepada sebuah celah,
Ø
kelakuannya akan seperti sebuah fenomena gelombang.
Ø
Dalam salah satu percobaan, ketika mereka memonitor celah itu di
saat sebuah partikel melaluinya, baik pada satu celah ataupun pada dua celah,
katakanlah sebuah elektron, itu melewati celah tersebut sebagai sebuah partikel
dan tidak berkelakuan seperti sebuah gelombang.
Ø
Partikel itu nampaknya “memilih” untuk berkelakuan seperti sebuah
partikel, dan tidak sebagai sebuah gelombang, sebelum dia mencapai celah itu.
Ø
Dalam sebuah modifikasi lanjutan dari percobaan celah ganda para
penyelidik menempatkan sebuah pemindai (detector) foton pada salah satu dari
dua celah itu.
Ø
Dengan sebuah pemindai, para fisikawan sekali lagi mengarahkan
foton foton itu, satu per satu (bergantian), kepada dua celah tersebut.
Ø
Sebuah pola dua strip muncul secara tak diduga, foton tunggal tadi
tidak lagi berkelakuan seperti seberkas (cahaya) yang bergerak melalui dua
celah sekaligus, namun sebaliknya setiap foton nampaknya menandai adanya
pemindai itu dan menembus celah celah tersebut sebagai sebuah partikel dan
tidak nampak pola interferensi pada layar.
Ø
Kehadiran pemindai itu, bicara logisnya harusnya tidak merubah
hasil (percobaan).
Ø
Partikel itu“merasakan” hadirnya
pemindai itu dan sebagai hasilnya (partikel tadi) tetap wutuh (tidak
berubah menjadi gelombang).
Ø
Mengapa kehadiran pemindai harus menyebabkan perubahan kelakuan
foton itu, tidaklah diketahui.
Ø
Kekuatan apa yang sedang bekerja yang menyebabkan foton itu
bertindak sebelum mencapai pemindai itu.
Ø
Mempertimbangkan bahwa foton itu sudah “membuat keputusan” untuk
bertindaksebagai sebuah partikel bahkan sebelum mencapai pemindai itu.
Gerald Schroder “akhir
dari garis untuk sebab-akibat (causality). Kondisi identik harusnya
memberikan hasil identik
pula. Percobaan ini menunjukkan hal yang sebaliknya.”
Gribben, “apa yang kamu
dapati dalam keadaan seperti itu adalah bahwa setiap elektron nampak
seperti sebuah partikel,
bergerak melalui sebuah lubang atau lainnya. Itu berkelakuan seperti
sebuah peluru. Dan loh
lihatlah, pola interferensi hilang. Sebagai gantinya pola pada layar adalah
satu dari pola yang
dihasilkan oleh peluru peluru kecil, yang dikirimkan melalui lubang lubang
secara bebas …. saat
penting bergerak melalui lubang itu.” [halaman 59 catatan kaki 5]
Fisikawan telah
menciptakan ungkapan “runtuhnya fungsi gelombang” sebagai sebuah
penjelasan tentang
perubahan kepada kelakuan partikel ketika hanya terjadi di bawah
pengamatan. Hanya ketika
diamati saja sebuah partikel akan berkelakuan sebagai sebuah
partikel.
Kita mendapati bahwa
apakah sebuah pemindai di salah satu dari 2 celah atau 2 pemindai pada
masing masing celah yang
digunakan, bahwa hasilnya sama saja : adalah hadirnya sebarang
pemindai, bukan jumlahnya
yang menyebabkan gelombang itu berubah menjadi partikel.
Kesimpulan yang dihasilkan
adalah bahwa kenyataan adanya pengamatan jelas jelas merubah
hasil percobaan itu.
Cahaya
tetap sebagai sebuah gelombang tanpa pengamatan, namun menggabung menjadi
sebuah
partikel jika diamati dengan sesuatu yang bisa menangkap fenomena partikel.
[diringkas untuk artikel,
taruh rincian percobaan dalam catatan kaki]
Percobaan kedua yang
memperagakan “kesadaran pengamatan” adalah ketika gelombang radio
digunakan untuk merangsang
ion Be. Gelombang itu menyebabkan atom melompat dari keadaan
(status) bumi, dimana
elektron level 1 menjadi level 2. Dengan menerapkan impuls radio pada
256 ms tepat, 100% ion ion
itu bergeser ke level 2. Begitu juga sebuah semburan 128 ms akan
menyebabkan hanya 50% yang
membuat perubahan (level) itu dan jelaslah adanya sebuah
hubungan liniar antara
waktu dan jumlah ion dalam level 2.
Para penyelidik itu
mengembangkan sebuah teknik canggih yang membuat nya bisa mengukur
jumlah ion dalam level 1
atau level 2. Teknik ini membuat Tim bisa mengukur dampak
pengamatan tanpa merubah
methodologi.
Mereka menembakkan alat
laser dan membaca berapa banyak ions berada di level 1. Kini jika
para pengamat itu
mengamati ion ion itu empat kali dalam jangka waktu 256 ms dari “serangan
terhadap” ions di bawah
frequensi radio, pada 64, 128, xxx dan 256 ms, hanya 3/4 dari ion ion itu
didapatkan dalam level 1
pada akhir 256 ms. Itu artinya jika seseorang dapat secara
berkesinambungan mengamati
ion ion itu, ternyata mereka tidak berubah status.
Jadi kegiatan pengamatan
ion ion itu membuat jumlah ion yang naik ke level 2 menjadi
berkurang. Jika mereka
dapat mengamati secara terus menerus, mereka tidak akan mencapai
level 2.
John Gribben berkata:
“Jika sekiranya mungkin untuk memindai ion itu sepanjang waktu, mereka
tidak akan berubah,
sebagaimana disarankan oleh teori quantum ini, (maka) dunia ini hanya ada
karena itu diamati. Dunia
hanya akan berubah karena dia tidak diamati terus menerus.” Jadi,
sebuah panci pemasak air
yang diamati tidak akan mendidih secara teori.
Salah satu teori yang
paling banyak diterima adalah bahwa segala sesuatu ada dalam bentuk
gelombang alami sampai dia
diamati. Pada waktu itulah gelombang itu “runtuh” menjadi sebuah
partikel dan besaran itu
menjadi apa yang kita kenali sebagai “realitas”. Sebagai sebuah contoh,
cahaya itu kita tangkap
dalam pikiran ada dalam bentuk gelombang, sampai dia diamati dengan
mata. Di satu titik antara
cornea (mata) dan otak, cahaya tadi berubah menjadi sebuah partikel.
Pada
level sel, malaikat ditugaskan untuk setiap sel, setiap molekul dan setiap
atom. Para
malaikat ini terus menerus
“mengucapkan” tasbih. Para malaikat itu selalu “mengamati” obyek itu
yang ditugaskan kepadanya.
Inilah yang membuat obyek itu dalam bentuk partikel, yaitu
keberadaan mereka. Sekali
malaikat yang ditugaskan itu meninggalkan tugasnya atas perintah
Allah, objek itu tidak
lagi di bawah pengamatan dan dengan itu kembali berubahlah dia menjadi
sifat gelombangnya, atau bahr
al-qudra, samudera kekuatan, dan Allah Maha Tahu.
Seluruh
alam semesta dalam keberadaan (existence) di bawah Pandangan Allah dalam
setiap
saat, dan jika Allah menghentikan Pandangan Nya untuk sesaatpun, itu tidak akan
ada lagi
Kini awliyaullah
dikaruniai kekuatan untuk berada dalam banyak tempat pada waktu yang
bersamaan.
Haqiqat
at-tay: boleh jadi karena faktanya awliya bergerak sebagai gelombang, dan
berjalan dengan kecepatan
cahaya: karena begitu sebuah gelombang ada, itu dibuat menjadi ke
dalam keberadaan nir waktu
dan merubah diri mereka menjadi bentuk partikel dan nampak pada
satu tempat yang jauh
sekali.
! Sebagai
sebuah gelombang, apabila mereka bergerak ke berbagai tempat, mereka
bergerak ke berbagai
“celah” yang berada diberbagai lokasi, lalu mereka berubah (lagi)
menjadi partikel,
! Ketika
Sayyidina Sulaiman berkata, siapa yang dapat membawa `arsy Bilqis, jinn
menjawab bahwa menggunakan
kekuatannya dia dapat membawanya sebelum …
! Mereka
yang memiliki ilm al-kitab, mereka ini dapat membawanya melalui bentuk
gelombang, dan sebagaimana
Arabic mengatakannya, “qabl an yartada ilayk tarfuk.”
! Itu
berarti sesaat langsung, karena begitu gelombang itu terbentuk itu tidak lagi
terkekang oleh waktu sama
sekali.
! Jadi
mungkin bahwa dia merubah `arsy Bilqis kedalam bentuk gelombang, dan
karena
pada saat itu mereka
tersedia pada setiap lokasi di dalam alam semesta, dia secara
gampangnya merubah lagi
bentuknya ke dalam bentuk partikelnya di dalam majelis
Sayyidina Sulayman (as).
! Seorang
wanita mendatangi seorang Aulia, sambil menangis “anak lelaki saya dalam
sebuah kapal di laut, dan
kapal itu telah terbalik dan dia tidak tahu bagaimana berenang.
Mohon tolonglah dia.”
Segera Shaykh itu menjulurkan tangannya dan ketika dia menarik
lagi tangannya itu dia
sedang memegangi anak lelaki wanita tadi dengan tangannya itu,
dan lengannya basah kuyub dengan
air.
! Kita
telah melihat bahwa dengan kekuatan dari cahaya, seorang wali boleh jadi
menggunakan gelombang –
tubuhnya untuk bergerak dengan kecepatan cahaya. Pada
lokasi kapal yang sedang
tenggelam itu, wali itu membuat lengannya menjadi bentuk
partikel lagi, menggaet
anak lelaki itu dan kemudian merubah kembali dirinya menjadi
bentuk gelombang dan
menggerakkan lengannya dan anak lelaki itu ke dalam
masjidnya, dimana dia
merubah lagi lengannya dan anak lelaki itu kembali ke dalam
kondis partikeli. Inti
dari ini adalah untuk menghentikan efek dari pengamatan kepada
dirinya, yaitu, para
malaikat dari sel sel tubuhnya, yang terus menerus memindai
partikelnya, namun
menggunakan metoda yang sama dengan yang digunakan dalam
pembalikan polarizer yang
ditaruh pada lokasi akhirnya, operasi ini mengambil tempat
ketika shaykh itu tidak
sedang diawasi, dia menyelamatkan anak itu dan kembali,
memulihkan dirinya sendiri
dan anak itu kepada bentuk “partikel”.
Kini
pertanyaannya adalah : bagaimana dia bisa bergerak dan
nampak
diam di tempat?
Jadi seperti efek
non-polarisasi dari berkas cahaya di dalam percobaan calcite, Shaykh itu dapat
bergerak pada kecepatan
cahaya,
! Kini kita
(bisa) mengerti bahwa pada malam Isra dan Mi`raj, Nabi s.a.w. pergi secara
fisik, bukan (hanya)
spiritual, ke Hadhirat Allah Azza wa Jalla.
! Kita tahu
bahwa tubuh dapat bergerak pada kecepatan cahaya, di mana waktu berhenti,
dan itulah sebabnya
setelah semua perjalanan dari Makkah ke Jerusalem, dan kemudian
ke ketinggian Langit, dia
s.a.w. kembali dalam sesaat sebagaimana akan terlihat oleh
pengamat, (sekiranya ada
pengamat itu). Karena dikatakan, bahwa ketika dia s.a.w.
kembali, air yang dia
tumpahkan ketika dibangunkan oleh Jibreel (as), masih menetes,
dan pada waktu kembalinya
tempat tidur Nabi masih terasa hangat.
! Karena
mereka berada dalam bentuk cahaya, para Nabi shalat di belakang dia dalam
bentuk raga-cahaya nya,
dan untuk alasan itulah waktu tidak memberi efek. Kemudian
dia bergerak ke maqam qaaba
kawsayni aw adna, bergerak melintasi jarak jutaan tahun
cahaya atau lebih, namun
kembali dalam sesaat.
! Dan pada
perjalanan pulang dari Bayt al-maqdis, Nabi s.a.w. mengamati sebuah
iringan
(qāfila) kaum Quraysh, pada perjalanan kembali ke Makkah.
Tubuh
jamak
Perbandingan aspek lainnya
dari para nabi adalah seperti percobaan celah yang digunakan
untuk memperagakan sifat
ganda gelombang-partikel tadi itu.
! Pada
kasus Sayyidina Bayazid, dia memilih untuk bergerak melalui 12,000 lokasi
berbeda sebagai gelombang
pada saat yang sama.
! Jika anda
melemparkan sebutir batu ke sebuah kolam, itu akan berefraksi melalui semua
dari banyak lubang di
jembatan itu.
! Sedemikian
hingga Aulia itu dapat mengubah dirinya sendiri di lokasi fisik yang berbeda
beda, seperti halnya
gelombang muncul di berbagai lokasi.
! Kini
bagaimana dia berkoordinasi antara berbagai penampakan fisik dirinya itu –
bukankah ini sebuah
pertanyaan yang adil?
! Sekali
waktu mereka bertanya kepada Bayazid al-Bistami, di berapa tempat anda shalat
hari ini. Dia bilang,
“duabelas ribu.”
! Dia
kemudian bertanya, “tanyakan kepada orang ini dan orang itu, jika anda inginkan
bukti.”
! Itu
artinya semua 12,000 berada di bawah satu keberadaan (existence) dan satu
kesadaran.
! Ini sama
dengan apa yang terlihat di dalam percobaan itu, yaitu bahwa jika sebuah
berkas cahaya dipisahkan,
masing masing berkas mengetahui tentang
bagiannya
yang lain yang terpisah itu, secara sesaat.
! Gelombang
seperti EM dan gelombang cahaya terbatas kepada kecepatan cahaya.
Mereka itu disebut lokal.
! Medium
lain yang bertindak di luar waktu, dikenal sebagai non-lokal dan bergerak lebih
cepat dari kecepatan
cahaya – seperti visi dan telepathi dalam istilah manusia. Para
matematisian dan fisikawan
telah benar benar membuktikan non-lokal ini dalam
percobaan berikut ini.
!
Dalam tahun 1930,
Einstein, Podolski dan Rosen, (EPR) berkolaborasi di dalam sebuah
percobaan “pikiran” yang
dikenal sebagai percobaan EPR. Mereka menciptakan percobaan ini
sebagai sebuah argumentasi
(sanggahan) terhadap non-lokal. Einstein telah bersuara sangat
vokal menentang konsep
ini, karena konsep itu secara tak langsung mengartikan bahwa realitas
sesungguhnya adalah
diciptakan oleh pengamatan.
Einstein tidak hidup untuk
menyaksikan percobaan yang dilakukan dalam tahun 1964, John Bell
menerbitkan bukti
matematis pertama yang dikenal sebagai Teori Bell tentang Ketidak-samaan
Bell, membuktikan adanya
non-lokalitas, Tidak sebelum tahun 1972 di mana John Clauser
melaksanakan percobaan EPR
sains sungguhan di Berkeley.
Dalam tahun 1982 Alain
Aspect mengulang versi yang diperkaya terhadap percobaan itu. Kedua
percobaan itu membuktikan
non-lokalitas.
Dalam percobaan itu,
patikel yang dirangsang menghasilkan 2 foton. Masing masing bergerak di
arah yang berlawanan.
Ketika setiap pasangan foton berpisah, mereka diamati sebagai kembar
(identik) dalam semua
aspek, kecuali arah bergerak mereka, termasuk sebuah kualitas penting
yang disebut polarizasi.
Polarizasi adalah sudut di mana gelombang cahaya itu dibelokkan di
dalam ruang.
Jadi kalau salah satunya
dipolarizasi pada nol derajat, maka yang satu lagi juga begitu.
Clauser dan Aspect
menggunakan aspek ini untuk melaksanakan analisa mereka tentang nonlokalitas.
Dalam percobaan calcite
crystal (tersebut diatas), calcite itu memiliki sifat dapat membelah
seberkas cahaya menjadi
menjadi dua berkas sejajar, jadi sebagai gantinya dua celah, para
peneliti menggunakan
calcite untuk memisahkan berkas cahaya.
Dalam percobaan ini yang
dibuat dalam tahun 1991 oleh fisikawan Martin Sculley foton
diperlihatkan berkelakuan
satu begini bila diamati, dan kelakuannya lain lagi bila tidak diamati.
Setelah berkas foton
dibelah oleh kristal calcite, masing masing separuh hasilnya diarahkan
melalui cermin kepada
sebuah pemecah berkas, yang meneruskan separuh cahaya dan
memantulkan yang separuh
lagi.
Jadi foton itu
ditembakkan, lalu terbelah menjadi dua berkas, itu mengenai pemecah berkas, dan
kemudian dari pemecah
berkas akan dipantulkan ke satu pemindai atau (separuhnya)
menerobos pemecah berkas
itu dan diterima oleh pemindai yang lain. Itu seperti sebuah katup
digital, yang memantulkan
atau meneruskan cahaya itu.
Jadi secara teoritis,
dengan sebuah foton, itu hanya akan memantulkan atau meneruskan foton
tunggal tersebut, tetapi
tidak kedua duanya. Jadi terdapat 50% kemungkinan sebarang foton
yang ditembakkan di jalur
ini akan dipantulkan atau diteruskan.
Foton foton itu terlihat
bergerak dengan cara seperti tersebut di atas kepada pemindai satu atau
dua, dibelah melalui
kristal itu kedalam dua berkas dan dipantulkan melalui cermin kepada
pemecah berkas. Dari situ
foton itu akan mengenai pemindai satu atau dua, tetapi tidak akan
kepada kedua duanya
sekaligus.
Mereka nampak mengatur
diri mereka sendiri ke dalam pola awal foton, dimana jika separuh
dipantulkan pada pemecah
berkas maka separuh lagi akan diteruskan.
Tindakan pengamatan
dilaksanakan menggunakan cermin terpolarisasi, dan apabila sebuah
polarizer balik
ditempatkan di depan pemindai pada akhir lintasan cahaya, foton itu berkelakuan
(seperti) jika tidak
diamati.
Para peneliti itu kemudian
memodifikasi percobaan itu menjadi pada lintasan yang akan dilewati
cahaya ditempatkan sebuah
polarizer 90-derajat. Dengan mem-polarisasikannya 90 derajat, para
fisikawan itu meyakini
bahwa mereka dapat mengamati foton itu, dengan membeda bedakannya.
Anehnya, taktik pemindaian
ini merubah mekanisme rekonstruksi dan foton tunggal tadi kini
menjalani dua lintasan,
menggerakkan kedua pemindai secara bersamaan.
Ketika mereka menempatkan
sebuah polarizer balik pada akhir lintasan di depan masing masing
pemindai, yang
sesungguhnya meniadakan efek polarisasi, setelah pemecah berkas, maka foton
itu hanya menggerakkan
satu pemindai atau lainnya.
Adalah pengamatan ini yang
membawa para peneliti itu untuk menyimpulkan bahwa foton itu
kenyataannya telah
mengenali perubahan sistem pengamatan setelah dia diteruskan, yang
artinya foton itu dibuat
“sadar” akan perubahan tersebut, dan menyesuaikan kelakuannya setelah
melewati lintasannya itu
(circuit).
Percobaan ini membuat
bengong para ilmuwan yang membaca hasilnya, karena itu menunjukkan
bahwa foton cahaya
sesungguhnya bukan hanya sadar sedang diamati namun juga sadar
tentang perubahan dalam
methoda pengamatan setelah “ditembakkan” dari sumber cahaya.
Dari pengamatan seperti
itu, para pemikir besar ditinggalkan dalam keadaan tercengang. Neils
Bohr sekali waktu memberi
keomentar, “Mereka yang tidak tercengang ketika pertama kali
menjumpai
teori quantum ini tidak dapat ‘mungkin telah memahami-nya’.”
Perbedaan antara yang
hidup dan yang mati
Dari seluruh diskusi di
atas, adalah jelas bahwa pelaksanaan pengamatan dari para malaikat itu
kepada sel sel dan
partkikel manusia adalah yang “mengaktifkan” keberadaan mereka pada
tataran (dataran)Mereka
yang hidup memiliki sebuah raga dan sebuah jiwa. Mereka yang mati memiliki jiwa
namun tanpa raga. Jiwa itu adalah bentuk “energi”, atau raga-cahaya. Perbedaan
utama antara
kedua nya adalah bahwa
para malaikat telah disingkirkan dari raga itu, yang hadir di dalam setiap
makhluq hidup, yang
kegiatan pengamatannya menyebabkan sebuah obyek untuk
mempertahankan bentuk
partikelnya. Sekali para malaikat ini disingkirkan, pengamatan berhenti
dan jiwanya berubah
menjadi bentuk energi dan bergerak dengan bebas.
Energi itu, jiwa itu,
masih di sana.
Koneksi
Uwaisi
Dalam percobaan EPR,
polarizer itu ditempatkan …
Dalam peristiwa terkenal
dari Sayyidina Umar yang melihat panglimanya Sariya, dia mampu
melihat apa yang terjadi
melintasi bumi. Memindai bahaya, waktu itu dia mampu meneriaki
Sariya, dan mengatakan
kepadanya apa yang harus dikerjakan dan Sariya mendengar nya dan
bertindak sesuai perintah.
Dan pendengaran itu
sederhananya adalah sebuah kegiatan getaran udara yang mengenai
gendang telinga dan kemudian
dirubah menjadi sebuah “gelombang otak” yang menjalar ke
bagian pendengaran dari
otak (mind).
Jadi kita bisa mengandai
andai bahwa Sayyidina Umar memancarkan suatu gelombang otak dari
pikirannya ketika dia
berbicara, yang melintasi dari Madina ke Sham dengan kecepatan cahaya
dan gelombang ini
“dipungut” oleh “penerima/receiver” Sariyya dan dirubah menjadi suara nyata
melalui sinyal listrik
yang berlangsung di dalam bagian aural/audio dari otak.
Nah ini masuk akal untuk
dimengerti dari pandangan fisika. Namun kemudian pertanyaannya
adalah bagaimana Sayyidina
Umar melihat apa yang terjadi ke pada Sariya?
Pada
kecepatan pikiran,
! Jika anda
punya pemancar dan penerima untuk menerima gelombang pikiran, maka
komunikasi dilakukan
dengan transmisi gelombang (pikiran), bukan dengan gelombang
suara.
! Jadi kita
mendapati bahwa Shaykhs, melalui koneksi Uwaysi itu, dapat berkomunikasi
antara sesamanya melintasi
jarak dan dari sesorang yang meninggal kepada orang yang
hidup.
! Agar
supaya berkomunikasi murid Shaykh harus berkomunikasi kepada bentuk
gelombang, itulah sebabnya
jika dia masih belum terlatih, dia hanya bisa menerima
transmisi seperti itu
dalam mimpinya.
! Namun
kita tahu bahwa khususnya dalam … Shaykh akan mengatakan, ‘tunggu sampai
besok, dan aku akan duduk
dengan Nabi s.a.w. dan dia mendapatkan izinnya.’
! Kemudian
terdapat masa menunggu dan persiapan, dan Shaykh akan bertemu dengan
Nabi s.a.w. dalam
majelisnya.
! Kita
melihat bahwa Sayyidina Bayazid, setelah sekarat dalam tempat sampah, menjadi
mengerti pembicaraan
hewan. Apakah itu sesungguhnya mendengar anjing berkata,
gonggongannya atau itu
mendengar gelombang otak si anjing, yang mengatakan “jangan
sentuh tulang itu, itu
punyaku.”
! Begitu
juga, Sayyidina Sulayman a.s. diberi karunia hadiah mengerti pembicaraan hewan
dan burung, dan dari
kejauhan mendengar peringatan semut kepada kelompoknya ….
Dia tersenyum ketika
mendengar ini dan memuji (berterima kasih kepada) Allah untuk
karunia Nya itu.
! Apakah
semut itu sesungguhnya berbicara begitu keras untuk didengar Sayidina
Sulayman atau dia
sesungguhnya berkomunikasi melalui gelombang pikiran semut
kepada “penerima” nya?
! Berbicara
artinya otak harus merumuskan sebuah rangkaian suara dan kemudian
mengirimkan pesan itu ke
tali suara dan lidah untuk membentuk suara dari setiap kata
itu.
! Namun
begitu seseorang menyuarakan pikirannya, pikiran itu sudah dipancarkan (lebih
dulu).
! Melisankan
pikiran membangun satu bentuk gelombang otak, yang adalah yang secara
relatif (nisbi) intensif
(kental) dibandingkan dengan panjang gelombang pikiran yang tetap
tersembunyi, atau yang
oleh yang memikirkan ingin disembunyikan.
! Awliya,
dikaruniai dengan kemampuan untuk membaca gelombang otak (pikiran), jadi
dapat menerima pikiran orang
lain di sekitarnya dan membaca mereka seperti seseorang
membaca sebuah buku.
! Jadi
sekali dipikirkan, atau khatir bergerak melalui qalbu seseorang, wali
dapat menerima
nya dan mengertinya,
meskipun dia yang memikirkan itu tidak mengerti bahasanya.
Jika seorang gila membunuh
seseorang, dia tidak (bisa disuruh) bertanggung jawab. Itu adalah
karena kapasitas otaknya
berada di bawah kapasitas seorang muballagh, dia seperti seorang
anak kecil. Otaknya tidak
mampu melakukan kegiatan pada level “pemancaran/transmisi.”
Sifat
Ganda gelombang-partikel
Mereka yang hidup berada
dalam sifat ganda partikel dan gelombang, namun hanya pribadi yang
spiritualnya sudah
“diaktifkan” yang dapat menggunakan kekuatan di dalam sifat ganda ini.
Mereka yang meninggal
adalah dalam bentuk spiritualnya, tubuh-gelombangnya, namun jika dia
belum diaktifkan kekuatan
dalam dirinya sebelum meninggalnya, dia masih tidak dapat
menggunakan kekuatan itu
untuk bergerak di dalam dimensi spiritual.
Dikatakan bahwa awliya,
apabila mereka meninggal, memiliki kekuatan yang lebih dari pada
ketika mereka masih di
dalam bentuk fisiknya. Itu karena pada saat itu mereka menjadi spirit/ruh
murni dan setelah
dibebaskan sama sekali dari ikatan fisik dari bentuk partikelnya menjadi dapat
bergerak secara bebas.
Aspek gelombang dari
manusia telah dikaruniakan kepada semua manusia. Namun kecuali anda
bisa mengaktifkan aspek
itu, anda tidak dapat mememanfa’atkan itu. Para awliya itu yang telah
mengaktifkan aspek itu,
dapat “memadamkan para pengamat” membuat mereka dapat bergerak
sebagai sebuah gelombang,
dan dalam mendapatkan aspek cahaya mereka itu, mencapai
keberadaan yang tidak
bergantung waktu – hadir pada setiap saat dan setiap tempat yang telah
dicapai ciptaan itu sejak
awal nya pada Ledakan Agung.
Haqiqat
al-jazba – kekuatan tarikan
Ketika anda merasa sedang
diamati, dan anda menoleh dan mendapati seseorang sedang
memandang anda, itu
artinya bahwa spirit anda telah merasakan semacam gangguan. Indera
spirit yang sedang ditarik
atau ditolak ini dirasakan oleh semua orang. Beberapa spirit adalah
mutajaniseen
dan beberapa lainnya adalah mutanafireen – anda bertemu
seseorang dan segera
anda merasa ditolak atau
ditarik.
Al-arwaahu
junudan mujanada.
Sebagaimana dalam istilah
fisik, kita mengenali orang yang gemuk dan orang yang kurus, dan
masing masing memiliki
massa yang berbeda, mengeluarkan gaya gravitasi, spirits juga memiliki
dimensi – massa spiritual.
Jadi ada spirit yang “gemuk” dan ada spirits “kurus”.
Apabila seorang Shaykh
telah dikaruniai haqiqat al-jazba, massa spiritualnya menjadi sangat
besar. Sebagaimana dalam
istilah fisik, diperlihatkan bahwa sebuah lubang hitam, yang adalah
sebuah obyek yang masif
yang telah menjadi begitu padat sehingga bahkan gelombang cahaya
pun tak dapat lepas dari
sedotannya, jadi seperti halnya gravitasi sebuah lubang hitam, (yang)
akan menerapkan sebuah
kekuatan tarikan dahsyat dan menyebabkan spirit lain di sekitarnya
tersedot olehnya.
Ejowantah/manifestasi luar nya adalah bahwa seseorang yang jatuh dalam
pengaruh tarikan akan
tertarik untuk duduk bersama Shaykh atau mulai bertanya tanya kepada
murid Shaykh “siapakah
dia? Apa yang diajarkan?” dan seterusnya.
Atau kita bahkan bisa
melihat bahwa seseorang, setelah bertemu Shaykh dalam perjalanan,
dalam 10 atau 15 menit
mengucapkan shahadat dan masuk jalan Islam.
Shaykh yang dikaruniai
dengan haqiqat al-jazba, dapat melipat-gandakan pemahamn anda. Dia
mampu merangsang
“electrons” anda dari level satu ke level dua dalam level quantum. Itulah apa
yang menyebabkan
“stimulasi” dari orang yang tertarik.
Itulah sebabnya ketika
seseorang duduk dalam hadirat seorang Shaykh, bahkan jika dia tidak
bercakap cakap atau
berkomunikasi, dia merasa bersemangat dan aktif. Ini adalah efek dari
energi spiritual nya pada
“electrons” tubuh spiritualnya.
Seringkali ini dialami
oleh si murid : dia mendatangi Shaykh dengan sebuah qalbu yang berat
karena sedang mengalami
cobaan atau ujian. Segera sesudah berada dalam hadirat Shaykh
spirits nya terangkat dan
dia merasa bebannya terangkat. Begitu dia meninggalkan hadiratnya
itu, beban itu kembali,
meskipun saat itu mereka mungkin merasa lebih ringan.
Ini dapat dibandingkan
dengan efek dari polarizer yang ditempatkan di percobaan calcite crystal.
Ketika sebuah polarizer
terbalik dipasang, sekonyong konyong partikel itu berubah ke sifat
gelombang. [complex]
Ketika seorang Shaykh
memegang haqiqat al-jazba, shaykh itu terus menerus memancarkan
energi atau pikiran
positif.
Nama
Nama
Allah memerintahkan para
malaikat untuk bersujud kepada Nabi Adam (as) di Langit (Surga) dan
mereka patuh. Adalah
sangat menantang untuk memahami percakapan yang muncul antara
Allah dan para malaikat
pada saat Allah menciptakan Nabi Adam (as).
Para malaikat, karena
keingin-tahuan atau mungkin kekhawatiran, dan Allah Maha Tahu,
bertanya kepada Allah
apakah Dia sedang menciptakan sesuatu yang akan membuat korupsi di
bumi dan menumpahkan
darah, sementara pada sisi lain mereka selalu menyanyikan pepujian
bagi Nya? Dan Allah, dalam
jawaban Nya, memberi sebuah kunci (isyarat) tentang mengapa fadl
itu, khusūsīyya itu
dikaruniakan kepada Nabi Adam (as). Dia menjawab, “innee `aalamū mā lā
ta`alamūn.” – “ Aku Tahu yang tidak kamu ketahui.” Ketika Allah mengatakan
ini, Dia maksudkan,
wallahu
`aalam, “Aku menganugerahkan dari ‘yang Aku tahu’ (innee `aalamū) kepada Nabi Adam
as – dan pemberian itu
kalian para malaikat tidak memilikinya (mā lā ta`alamūn).”
Ini yang diperagakan Nabi
Adam a.s. secara meyakinkan kepada para malaikat, ketika atas
perintah Allah, dia
mengungkapkan Nama Nama itu. Awliya mengatakan nama nama itu
bukanlah nama dari ciptaan
Allah, satu demi satu. Namun mereka adalah Nama Nama yang
menjadi sumber dari
ciptaan Allah itu, karena sebagaimana Mawlana mengatakan, “setiap
ciptaan memiliki Nama
Ilahiah nya yang khusus dan unik miliknya, tidak miliki bersama dengan
ciptaan lainnya– siffat,
bi lā sharīk.” Itu adalah Nama Ilahiah yang memberi setiap benda khas,
keberadaannya. Nama Nama
ini bukanlah dari Dzat Nya, karena tak satupun ciptaan dapat
memuat satu aspek dari
Dzat Nya, namun dari Uraian dan Busana / Attributes (asma’I was-siffāt).
Para malaikat pada sisi
lain, kehilangan kata kata untuk diucapkan (tentang) apa Nama Nama itu
dan mengaku: qālū lā `ilma lanā illa mā `alamtanā, innaka anta
as-sami`ul `alīm.
Mereka tidak memiliki ilmu
tentang aspek ciptaan yang ini– Nama Ilahiah di belakang setiap
ciptaan.
Setiap ciptaan menjadi ada
di bawah cahaya dari Nama Ilahiah. Apakah identitas itu? Dari mana
itu datangnya? Kita merasa
kita adalah diri kita, lokasi kita, kesadaran kita ada di dalam otak
kita. Kesadaran kita
datang dari apa? Kita menjadi sadar melalui pengenalan – hubungan kita
dengan sekitar kita. Ini
mulai berdampak pada kita ketika kita dilahirkan– sekonyong konyong
indera kita mulai bekerja.
Bayi tidak memiliki indera tentang diri, namun telinga, mata, lidah,
inderanya sedang diisi
dengan data, informasi setiap saat.
Mawlana menjelaskan bahwa
bayi tidak memiliki diri : dia masih berada dalam Hadirat Ilahi. Titu
artinya bayi itu tidak
membedakan keberadaannya dari ciptaan. Dia masih menerima informasi
melalui dimensi spiritual
nya. Dia sedang hidup dalam Bahr al-rahma dari Allah Kasih Ilahi.
Catatan
tentang Chaya dan Fisika dari Cahaya
Diambil dari God at the
Speed of Light oleh T. Lee Baumann, MD.